Belajar Mandiri Ep : 1 (Dadaah Pampers)

Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji milik Allah yang membantu prosesnya, yang mengetahui prosesnya tentu dengan sangat detil, jatuh dan bangunnya.

Semoga bisa diambil ibrah dan kebaikannya ya

Toilet training ini sejak awal sudah ambil slot di hati dan keyakinan saya sebagai pelajaran mandiri pertama Husna. Dibandingkan dengan proses sapih, yang hingga kini belum juga sepenuhnya yakin.

Saat itu di usianya yang 21 bulan dan kebetulan kami sedang pulang ke desa, dirumah ati dan ayyo-nya Husna (panggilan untuk mbahti & mbahoyo). Keyakinan saya makin bertambah-tambah karena jelas akan ada yang membantu keriwehan ini.
Di Ngawi sedang musim bediding begitu kalau bahasa disana. Pagi akan sangat dingin bisa sampai 19° siangnya bisa panas hingga 32°. Kondisi ini membuat Husna timbul alergi gatal di kedua telapak tangan & kaki. Satu-satunya cara untuk menghentikan garukan tangannya adalah dengan menutup seluruh tubuhnya termasuk memakaikan kaos kaki. Namun ternyata, setelah saya sadari di kemudian hari inilah justru awal mula masalah sensori itu muncul.

Kembali ke proses TT.

Hari pertama hingga berjalan dua minggu lamanya, saya masih rajin mencatat jadwal bak & bab. Sesuai dengan anjuran beberapa ibu-ibu yang sudah punya pengalamannya. Untuk mengamati dan cermat melihat apa-apa saja yang membuat Husna lebih cepat bak & bab daripada waktu perkiraan. Dua minggu pengamatan, betul memang durasi bak akan berjalan per 2 jam. Terlepas dari kuantitas minum air yang bertambah atau misalnya baru saja makan buah-buah yang mengandung banyak air.

2 minggu berjalan belum ada perubahan apapun, setiap 2 jam saya akan terbiasa mengganti celananya yang basah dan mengepel. Kalo dipikir-pikir masak iya bakal begini terus 😂 kapan kelarnya.
Sampai tiga minggu lamanya, jurus memberi lebih sering peringatan harus terus digalakkan, mengingat di usianya ini memang begitulah cara menyikapinya. Ujar psikolog tempat saya bertanya tentang karakteristik anak usia 2 tahun.
“Husna kalo mau pipis bilang ya, nanti ke kamar mandi” atau “Husna, kalo pipis dimana? Di kamar mandi..”

Belum kunjung terlihat hasilnya 😀

Semakin sering diingatkan, semakin terasa tak nyaman. Ini yang saya rasakan ketika kami memutuskan untuk pulang ke Surabaya. Dua kali saya kelepasan emosi karena menunggunya tak kunjung bak hingga ia tantrum menjadi-jadi. Pasalnya, semenjak pulang ke Surabaya, setiap menyebut kata kamar mandi ia akan minta gendong dan saat masuk ke dalamnya ia enggan turun ke lantai. Lantas bagaimana bisa bak / bab?
Inilah yang seringkali membuat saya mudah tersulut emosi, mengingat najisnya yang bisa jadi tercecer di baju yang baru ganti atau tangan saya yang mulai tak kuat menahan beban badannya dalam gendongan sembari berjongkok.

Dua kali marah besar, sebanyak itu pula saya menyesal. Dan setelah reda kemarahan yang kedua kalinya itulah akhirnya saya bertanya pada seorang teman senior, beliau concern dalam sebuah topik sharing parenting yang menurut saya bisa memberi solusi untuk masalah ini. Sebut saja namanya mba N.

“Coba diingat-ingat, diteliti dan diamati kembali mba Apin apakah kira-kira stimulus sensorinya sudah tuntas?. Benahi emosi orangtuanya juga saat membersamai TT.”
Cukup dua kalimat ini yang membuat saya terfikirkan beberapa hari.

Akhirnya saya coba mencari berbagai referensi bacaan tentang sensori, mengingat dan mengamati apa saja yang sekiranya kurang terstimulasi dan menyiapkan permainan apa saja yang bisa saya berikan untuk menstimulasinya.

Ternyata, saat saya menceritakan bahwa sepertinya Husna enggan diajak ke kamar mandi karena sikapnya yang mudah merasa jijik dan tak suka air dingin.
Mba N lalu mengingatkan saya apakah Husna sering dipakaikan kaos kaki? Mungkin bisa jadi telapak kakinya kurang terstimulasi dengan rumput, batu, pasir, air dingin, spons atau apa saja yang bisa menjadikan ia mudah merasa jijik dan takut dingin.

Jedaarr.. Saya merasa seperti ohya. Saya tau sekarang. Setelah mendapat insight inilah saya mencoba mengenalkan beragam permainan yang selama ini jarang didapat oleh Husna. Karena abuknya yang males memfasilitasinya dengan beragam stimulasi #plak #keplakdirisendiri #janganditiruyagess
Sejujurnya memang untuk motorik-motorik halus ini sebetulnya saya sudah sering memberinya beragam permainan, namun seringkali itu-itu saja yang saya berikan. Ternyata, setelah saya mencari tau lebih banyaak lagi, lebih dalaam lagi masih banyak ide yang bisa dicoba.

Satu bulan kemudian………

Satu bulan terlewati, Husna masih belum menunjukkan tanda-tanda ingin bak ke kamar mandi. Masih saja terus diulang aktifitas mengompolnya setiap hari. Hingga di suatu pagi, ia mengatakan dengan tegas pada ayahnya “Na pipis” tanpa ragu dan detik itu juga ayahnya membawa ia pergi ke kamar mandi tanpa penolakan. Taraaa, benar juga. Akhirnya ia bak di kamar mandi. Setelah pagi hari yang cerah itulah kami rajin sekali menawarkan Husna untuk ke kamar mandi dengan senang hati. Pun ia kini sudah mengerti kapan harus menahan, kapan kira-kira sudah kebelet.

Hingga akhirnya…..

Kini, meski sudah 2 bulan lamanya. Husna memang masih mengompol di malam-malam hari. Walaupun tidak setiap hari, saya dan suami harus terus melegowokan hati. Karena setiap anak pasti akan melewati proses ini. Cepat atau lambat in syaaAllaah akan selesai dengan sendirinya. Semoga lebih banyak yang baik, yang Husna ingat nanti ketika dewasa.

Tentang proses ini……

Memaknai Kebermanfaatan

Semakin dewasa, paradigma atau pandangan tentang “bermanfaat” pastilah berbeda dengan saat masih baru memasuki usia pra aqil baligh.
Batasannya yang berbeda.
Cakupannya yang berbeda.
Semakin bertambah usia, bertemu banyak jenis manusia, mengalami berbagai pengalaman, menghadapi banyak ujian dan lain sebagainya. Tentu juga menjadi faktor yang merubah pemikiran tentang bermanfaat dari waktu ke waktu.

Itu saja baru diri kita sendiri. Belum bicara tentang bagaimana orang lain memandang hal tersebut.

Saat masih anak-anak tentu belum mengerti apa itu menjadi bermanfaat.
Satuan waktu yang mengubahnya menjadi buah pikiran.
Saat memasuki usia menjelang dewasa, terkadang kita menyadari bahwa usia tak lagi muda.
Saat itu pula tolak ukur diri kita tentang kata manfaat menjadi terasa menggelisahkan.
Apalagi saat diri tak kunjung menemukan titik terang antara langkah dan pikiran akan kemana kembara ini berjalan. Dengan cara apa akan ditempuh.
Apakah Allah yang jadi acuan? Apakah ridha Allah yang jadi pengingat?

Alih-alih mengejar kebermanfaatan untuk yang jauh, tapi lalai saat hadir untuk yang dekat. Semoga kita tidak.

Membaca ini tak perlu menjadi pemantik ingatanmu, tentang sejauh apa pikiranmu berjalan-jalan.
Namun kaki belum melangkah kemana-mana.
Tak apa.
Terkadang meski tak banyak orang ditemui, tak banyak tempat dikunjungi, tak banyak hal dikerjakan dan apa saja yang merisaukan.
Hatimu tetap yang paling tahu. Bahwa kau telah berusaha sebaik-baiknya. Dirimu akan terus berikhtiar semampunya.

Selama masih diberi nafas dan usia.
Dalam bentuk apapun itu, hadirmu diciptakan Allah tentulah untuk sebuah kebermanfaatan.
Meski kecil, meski tak terlihat.
Meski mungkin tak terasa olehmu, tak terlihat progressnya.
Tak mengapa. Sungguh tak apa.
Tetaplah yakinkan hati untuk berjalan pada kebaikan.
Tetap berjanji pada diri sendiri.
Untuk terus berupaya lebih baik dari hari ini 🙂
Selamat beristirahat dan berkontemplasi.
In syaaAllah masih ada hari esok untuk berjuang kembali.

Teror Malam Pada Bayi, Mungkinkah? Simak Cara Mengatasinya

Tidur pada bayi sangat berpengaruh terhadap perkembangan otak berfikirnya, namun mungkinkah jika bayi bisa juga mengalami gangguan saat tidur malamnya?
Jika benar, apa saja yang bisa mempengaruhi terbentuknya gangguan tidur bayi pada malam hari? Bagaimana cara mengatasinya?

Beberapa kali saya banyak sekali bertanya pada teman-teman dengan profesi psikolog, pasalnya bayi yang sebentar lagi usianya genap 2 tahun ini, beberapa minggu kebelakang kerap mengalami seperti mimpi buruk. Apakah gerangan yang terjadi?

Dilansir dari laman ibupedia.com, terganggunya tidur malam pada bayi terdapat dua perbedaan istilah. Ada yang mengatakan nightmare (mimpi buruk) dan night teror (teror malam). Keduanya ini kejadian yang serupa namun berbeda. Jika nightmare si bayi akan terbangun dari tidurnya dan mungkin disertai dengan menangis juga nafas terengah-engah. Untuk night teror, bayi tetap terjaga dalam tidurnya. Tidak terbangun membuka mata, namun seperti merasakan sensasi ketakutan atau kecemasan.

Namun, karena saya belum begitu mengerti dengan pasti yang mana. Maka saya tidak ingin terlalu cepat menyimpulkan dan mencari cara mengatasinya. Semoga saja gangguan tidur ini lekas berlalu agar hatinya kembali hadir dengan ceria tanpa rasa cemas dan takut.

Beberapa hari yang lalu, Allah izinkan saya untuk menikmati ranjang opname rumah sakit selama 5 hari lamanya. Saat itu, yang terpaksa kami lakukan sebagai orang tua dengan bayi berusia 20 bulan adalah tentu tidak serta merta membawanya ke rumah sakit, apalagi dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Mau tidak mau, opsi paling menyakitkan harus diambil. Yaitu, menitipkannya untuk sementara waktu. Dari sinilah awal mula perubahan itu terjadi. Saya sebagai seorang ibu yang selama 20 bulan ini senantiasa membersamainya siang dan malam, 7 hari dalam seminggu, hampir tidak pernah meninggalkannya lebih dari 3 jam. Untuk kali pertama, mengambil keputusan ini adalah keputusan terberat untuk saya seorang ibu baru. Jika ada yang bisa merasakan, setidaknya membayangkan betapa pedihnya keputusan ini harus dilewati, saya sungguh berterima kasih dengan hati yang paling tulus.

Lima hari tanpa komunikasi sedikitpun, hanya ayahnya yang saya izinkan untuk tetap memantau, menengok dan menjaga komunikasi lewat perjumpaan atau via telfon.

Pasca kejadian tersebut, bayi 20 bulan ini menjadi anak yang insecure. Mudah sekali rapuh, mudah sekali menangis, atmosfer dalam dirinya seperti terasa mendung. Tidak lagi ceria seperti biasanya, tidak lagi mudah tersenyum seperti hari-hari sebelumnya. Bagi seorang ibu, ini seperti kemelut baru yang juga baru saya hadapi. Karena memang belum pernah seperti ini sebelumnya. Awalnya, saya sungguh tidak tau-menau penyebabnya apa. Seisi kepala terasa ingin tumpah, karena tak kunjung bisa mengurai benang merah. Ada apa dengan anak saya?

Mungkin teman-teman pernah mendengar kalimat, semakin tenang orangtua akan semakin tenang pula anak, sebaliknya ketika orangtua resah maka semakin resah pula anaknya. Ya, betul. Emosi orangtua itu menular. Jadi, pada saat saya sedang butuh pemulihan pasca sakit, anak begitu ketergantungan. Ketika tanpa sadar dirinya merasa ditinggalkan, disaat itu pulalah terjadi cidera kepercayaan pada hatinya. Terpotek hati abuk, nduk.

Ditambah satu poin penting yang sulit untuk saya tuliskan disini. Kurang lebihnya begini, ia menjadi mudah menangis. Saat menangis dia sedang merasa tidak berdaya karena kehilangan sosok yang dipercayainya. Saat menangis inilah, ia mendapat banyak input paksaan untuk diam dan membiasakan tidak menangis. Sedangkan, seperti yang kita tau anak-anak dengan usia yang kemampuan berbahasanya masih sangat terbatas, komunikasi yang mampu ia sampaikan hanyalah dengan bentuk menangis.

Untuk itu, sebagai seorang ibu yang sempat meninggalkan bayi 20 bulannya dalam waktu 5 hari, sungguh adanya perubahan itu nyata. Karena, anak-anak sekecil itu apalagi masih bayi, ia sedang melewati fase belajar. Semua hal sedang ia pelajari, semua hal baginya terasa baru. Jadilah orang-orang disekitarnya harus menjadi pendukung yang nyaman untuk kehadirannya. Dalam kondisi yang menyenangkan maupun menjengkelkan.

Setelah konsultasi pada teman yang berprofesi di bidangnya dan juga beberapa teman dengan background psikolog, akhirnya terbukalah satu persatu masalah.

Ada beberapa yang mungkin bisa mengakibatkan anak mengalami teror malam/mimpi buruk. Diantaranya adalah

  1. Terlalu lelah saat siang hari
  2. Merasakan ancaman atau sesuatu yang membuat anak merasa cemas
  3. Banyak menerima stimulasi hingga terasa membingunkan dan melelahkan
  4. Jauh dari pengasuh utama hingga dirinya merasa terancam

Saran untuk mengatasi teror malam/mimpi buruk, kira-kira seperti ini ;

  1. Memvalidasi kondisi anak saat pagi hari, ketika tadi malam anak bermimpi buruk atau mengalami teror malam. Contohnya “Tadi malam adik kenapa kok tidurnya kurang nyenyak? Bunda sedih, nanti malam kalau sewaktu adik tidur mimpi buruk lagi, mau bunda peluk?”
  2. Menawarkan pilihan untuk memeluk atau melakukan hal yang menyenangkan untuk menyamankan hati anak. Contohnya (sewaktu anak merasa takut atau tidak aman) “Bunda lihat adik merasa takut atau tidak nyaman. Yuk kita lakukan apa supaya adik tidak takut? Mau bunda gendong sambil peluk?”
  3. Memberikan pengertian saat akan meninggalkan dan tetap keep in touch saat harus meninggalkan dalam waktu yang cukup lama.

Jadi, do’a saya harus berubah mulai saat ini. Semoga Allah karuniakan kesehatan pada keluarga kecil kami. Tidak ada yang harus sakit untuk waktu yang lama, hingga mengakibatkan banyak hal harus dikorbankan.

Sekian curhatan bukApin, malam ini. Rasanya lega dapat menuliskan ini, karena ingiiiin sekali meninggalkan cerita disini agar suatu saat bisa kembali dikunjungi dan mengingat kisahnya 🙂

Review Buku : Istri Bukan Pembantu

Review Buku : Istri Bukan Pembantu – Apa Kata Islam tentang Perempuan. Melihat kebiasaan yang umumnya terjadi di Indonesia bahwa seorang perempuan pasca menikah memiliki tugas rumah tangga yang banyak sekali dibebankan kepadanya, itu belum termasuk dengan mendidik anak, mengurus anak mulai dari memandikan, menyiapkan keperluan pribadinya, menyuapi makan, antar jemput sekolah dan lain sebagainya. Buku ini membahas dari sudut pandang 5 mazhab serta dengan bahasa fikih populer yang sangat ringan dicerna. Lalu bagaimana Islam memandang permasalahan tersebut?

cover buku istri bukan pembantu

Sekilas Tentang Buku

Sewaktu buku ini datang (karena saya pesan via online shop), ternyata halamannya cukup tipis untuk ukuran buku fikih yang awalnya saya berkekspektasi akan tebal seperti buku-buku fikih rujukan yang lain. Membaca daftar isinya yang cukup ringkas dengan 8 bab, dan saat membaca halaman pertama membuat saya merasa bertemu “aha“, karena bahasa yang dipakainya sangat-sangatlah ringan. Katakanlah seperti buku fikih kontemporer.

Judul Buku : Istri Bukan Pembantu Apa Kata Islam tentang Perempuan

Penulis : Ahmad Sarwat LC, M. A

Penerbit : Gramedia

Jumlah Halaman : 159 Halaman

Harga P. Jawa : 62.000,-

Isu tentang perempuan memang tak pernah akan ada habisnya untuk dibahas ya, apapun temanya. Buku ini memaparkan banyak sekali poin-poin penting seputar rumah tangga tanpa mengurangi substansinya. Dilihatnya pula dengan banyak sudut pandang dari 5 mazhab. Untuk orang awam dan amatiran macam saya begini, baca buku serasa mencerna sesuatu yang mudah sekali dipahami.

Masyarakat kita jelas-jelas perlu membaca topik-topik rumah tangga seperti ini, agar lebih terbuka pola pikir dan tidak melulu terpaku pada kebiasaan. Karena ternyata, apa yang kita kira selama ini adalah sebuah syariat atau tuntunan hanyalah tradisi kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Latar Belakang

Jadi, buku ini ditulis oleh Ustadz Ahmad Sarwat dimulai karena beliau sering mengisi ceramah bertema rumah tangga untyuk ibu-ibu Indonesia di Doha, Qatar. Banyak jamaah menanyakan mengapa di pusat belanja justru lebih sering terlihat para bapak berbelanja kebutuhan sehari-hari. Hal ini tentu sangat kontras dengan pemandangan yang sering kita jumpai di Indonesia.

Akhirnya penulis mencari beberapa literatur untuk membahas lebih dalam tentang apa yang selama ini menjadi tugas-tugas seorang istri, apakah itu bagian dari syariat agama atau hanya tradisi semata?

Isi Buku

daftar isi buku ibp

Membahas mulai dari tugas keseharian seorang istri seperti menyapu, mencuci, mengepel, memasak hingga topik ahli waris dan wajibkah seorang ibu menyusui anaknya juga bagaimana tentang wanita bekerja.

Ternyata, jika merujuk pada syariat islam, bentuk-bentuk tugas istri seperti menyapu, mengepel, mencuci baju, memasak bukanlah sebuah bentuk kewajiban yang harus dijalankan oleh istri dalam rumah tangganya. Melainkan semua itu telah mencakup pada tugas suami kewajiban memberi nafkah. Nafkah disini diartikan pada jika bentuknya adalah makanan yang siap untuk dimakan, rumah yang siap untuk dihuni dan sejenisnya. Namun, istri memiliki kewajiban yang tiada boleh ditinggalkannya adalah menyerahkan diri sepenuhnya untuk suami. Diberi pelajaran ketika nusyuz serta tidak meninggalkan rumah tanpa seizin suaminya. Nah, hal ini berkaitan dengan istilah istri hendaknya berkhidmat pada suami bukanlah semata menjadi khidmat (budak) untuk suaminya dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Namun hendaknya suami dan istri memperhatikan dengan baik hak dan kewajiban sesuai syariat yang dibenarkan. Karena ini telah diatur secara seimbang di dalam agama Islam.

Tentang topik kewajiban ibu menyusui anak, disini peran ayah justru sangat ditekankan. Mazhab Syafi’i dan Hanabi menerangkan bahwa beban kewajiban diberikan kepada sang ayah. Maksudnya wajib bagi para ayah untuk mengusahakan air susu untuk anaknya terlepas itu disusui oleh ibu si anak atau yang lain. Untuk itu, para ayah lebih wajib menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh sang ibu yang menyusui anaknya. Atau bahkan dalam pandangan imam mazhab yang lain, sang ayah wajib memberi upah atau gaji untuk para ibu yang menyusui anaknya. Lagi-lagi, bukankah Islam memandang mulia derajat perempuan?

Juga masih banyak topik lainnya termasuk ilmu waris dan kewajiban wanita bekerja.

Buku seperti ini tentu ditulis bukan dengan tujuan untuk memojokkan pihak tertentu atau lebih membela gender tertentu. Islam adalah agama yang sempurna. Tentunya ketika kita menemukan tuntunan atau larangan yang dikemukakan oleh para ulama itu semua mengacu pada Islam yang sudah sempurna.

Buku yang perlu dijadikan satu bahan diskusi untuk para pasangan suami istri dan jadi bahan renungan untuk calon pasutri 😁 Supaya makin terbuka paradigma tentang Islam memandang perempuan. Karena justru ketika selesai membaca buku ini, kita bisa simpulkan bahwa Islam memberi kedudukan yang mulia untuk para perempuan.

Tentunya bisa pula dijadikan untuk bahan pertimbangan pembagian tugas dalam pernikahan agar seimbang dijalani oleh kedua pasangan dan tidak saling memberatkan 😊

Tertarik baca bukunya? Ada bentuk digitalnya juga lho, bisa akses di Google Play Books.

Anak Tidak Pernah Salah Meniru

bukuimpor3

“Niru dimana ya yah, kalo diingat-ingat rasanya sekalipun tidak pernah melihat tayangan atau gambar seperti itu” tanya saya pada suami saat si kecil mempertontonkan aksinya “jumpalitan” 😂

Kami berdua sedikit kaget, karena kok bisa-bisanya ini bocah begini ya.

Usia yang hampir memasuki 2 tahun, which is we can call amazing twoddler 😋 untuk menyambut kepribadiannya yang semakin amazing ini. Memasuki usia 18 bulan, si kecil sudah menunjukkan sikap-tindakan tiruan atas apa yang ia lihat. Bisa dilihatnya kemarin, beberapa hari yang lalu atau bahkan baru saja dilihatnya. Makin sedep kan tentunya, tantangan jadi orangtua. Karena semakin kesini, saya semakin sering mencuri momen untuk merenungkan saat si kecil ajaib dan apa yang ia tiru dari saya atau ayahnya. Huehue. Karena memang anak tidak pernah salah meniru. Mungkin bisa jadi anak salah mendengar, tapi apa yang ia lihat tidak pernah akan salah saat ia menirunya. Ini tamparan keras sih ya, biar kudu lebih hati-hati. Karena ada fotokopian yang on sepanjang hari.

Kalaupun bukan meniru, ia akan tiba-tiba minta untuk mengulangi kegiatan yang dilakukan orangtuanya. Namun dilakukan dengan tangannya sendiri, misal saya lagi gudek adonan tepung untuk goreng tempe. Ya dia akan minta saya untuk ulang lagi dari proses menuang air, menuang tepung dan dia yang asik ngaduk. Saat asik, dia akan berlanjut keasikan dituang-tuangkannya dari wadah, ditetes-teteskannya diluar wadah, lalu bisa dipakai untuk luluran seluruh kaki dan tangan 😌 mari kita inhale-exhale.

Nah. Usut punya usut, balik tentang meniru. Saat kami mengetahui sumber percontohan “jumpalitan” itu tadi ternyata berasal dari sebuah buku impor yang kami beli disebuah bazaar buku 🤣

Dan memang dalam gambar, ada gambar persis yang ia tiru saat ini. Hiyaaa, gak sadar. Wkwkw

bukuimpor2

Setelah mengetahui ini, saya bilang ke suami kalau mulai sekarang saya harus pintar-pintar cari ulasan bukunya dulu sebelum membeli. Karena selama ini, anggaran beli buku selalu dari uang saya pribadi. Demi menjaga idealitas anak cinta membaca #eaa

Padahal tema bukunya mah baguuss hihi. Yaa mungkin ini ngga akan berlaku sebegininya di anak yang lain, tapi beda cerita kalo sama Husna 😂

bukuimpor1

Jadi, isi buku ini adalah mengenalkan bagian-bagian tubuh pakai bahasa yang sederhanaa banget meskipun bahasa Inggris. Tapi saya nyeritainnya ngga pake dual bahasa sih, tetap fokus di bahasa Indonesia. Gambarnya juga lugas, tanpa banyak gambar tambahan. Minusnya memang untuk buku-buku impor seperti ini jarang sekali ada review lengkap yang bisa kita baca diluaran sana. Baiknya yah kita cari tau yang bentuk sample, supaya bisa kita koreksi semua isinya.

Sekian tips dari saya tentang buku yang sekali tampak langsung berhasil ditiru 😂 eh poinnya sih, salah satu tips ketika berniat mau beli buku impor buat anak-anak. Karena jangankan buku impor, kadang yang buku lokal saja perlu kita pilih dan pilih sesuai value keluarga atau tidak.

Berinvestasi untuk anak itu bijak, tapi jangan sampai kita terlena juga untuk hal sekrusial ini ya. Karena, kita ngga pernah tau efek jangka panjanganya apa dibelakang nanti. Semoga, anak-anak kita semua bukan peniru ulung tentang hal-hal yang kurang baik. Tapi, menjadi peniru handal untuk hal-hal yang baik dan manfaat 🤗

Oiya, terakhir adakah yang tau judul buku ini? 😙

Makna Pulang Saat Lebaran

Entah, sudah sampai di minggu keberapa pandemi. Akhirnya keputusan final keluarga kecil kami adalah menunda pulang kampung, meski sebetulnya yang paling dekat ke Gresik pun masih bisa dijalani.

Meskipun “pulang” kerumah orangtua tidak harus dilakukan saat lebaran, namun tentu bagi setiap orang selalu memiliki ikatan emosional tersendiri yang hanya tercipta saat momen lebaran. Misalnya, seperti kebiasaan ibu saya membuat opor ayam. Tidak akan ada masakan ketupat dan opor ayam jika bukan saat lebaran.

Tiap-tiap kita pasti memiliki kesan tersimpan dengan ramadhan bersama teman-teman lama, bersama keluarga yang semakin dewasa diri kita semakin banyak disibukkan dengan beragam aktifitas yang ada. Momen buka bersama atau reuni angkatan biasanya juga dilakukan saat hari raya, namun kali ini kita harus tetap bersabar dan berjuang hingga semua usai.

Pulang dan rumah adalah dua kosakata yang mewakili beribu perasaan tersimpan, berjuta kenangan yang terekam dan segala jenis bentuk memori yang ada dalam ingatan.

Suatu hari, di grup Whatsapp keluarga yang berisikan cucu kakek-nenek yang berjumlah 20-an cucu kiranya. Kami membahas tentang hari raya kali ini akan sepi, banyak dari kami yang tak bisa pulang ke kampung halaman. Dan yang kami pikirkan adalah bagaimana “nang” (sebutan untuk kakek) mempertanyakan keberadaan cucu-cucunya yang biasanya begitu banyak saat berkumpul bersama. Bahkan untuk usia senja seperti nang, mengartikan makna pulang itu artinya anak-cucunya berkumpul dirumah beliau. Maksud saya, bahkan untuk setua beliau pun makna pulang juga membekas dalam naluri sebagai orangtua. Layaknya setiap orangtua mengharapkan anak-anaknya berkumpul bersama dan disaksikannya sehat semua.

Sounds familiar?

Tentu, momen lebaran memang rasanya begitu berat jika harus terlewatkan tanpa berkumpul dengan sanak saudara. Memang, ramadhan dalam pandemi ini akan terus menjadi cerita tersendiri.

5 Ide Mengajarkan Cinta Islam Pada Anak

Ide Mengajarkan Cinta Islam Pada Anak – Saat bulan ramadhan seperti ini adalah momen yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai keislaman pada anak-anak.

Ramadhan tinggal tersisa 10 hari terakhir, banyak sekali waktu pada saat ramadhan yang bisa digunakan orangtua untuk menyisipkan nilai-nilai kecintaan terhadap islam. Ternyata ada beragam cara dan ide agar anak-anak tertarik untuk menyimaknya lho.

Mengingat rentang konsentrasi yang dimiliki anak juga bergantung pada usianya. Semakin kecil usia anak, tentu semakin pendek pula durasi konsentrasi yang dimilikinya. Namun tantangannya akan lebih sulit bagi anak yang lebih besar.

Selain bercerita tentang puasa, Ramadhan memberi banyak insight untuk ayah dan ibu menceritakan tentang betapa mencintai islam adalah sebuah nikmat kebahagiaan untuk kita sebagai umat muslim 🥰

Apalagi jika kecintaan tersebut dimulai sejak kecil. Lalu apa saja sih, idenya?

  1. Waktu sahur, berbuka, dan shalat tarawih adalah waktu-waktu spesial yang diberikan Allah hanya ada di bulan Ramadhan. Untuk itu, menyemarakkan saat waktunya tiba akan mudah bagu anak-anak tertarik untuk mengikutinya. Tentu, dibarengi dengan menyisipkan kebesaran-kebesaran Allah mengenai “semua kebaikan menjadi berlipat ganda pahalanya, semua umat muslim melakukannya bersama-sama, bahagianya saat berbuka karena telah berhasil menahan lapar haus dan hawa nafsu sehari penuh, dan masih banyak lainnya”
  2. Membaca buku bertema Keislaman agar semakin mengenal apa saja yang terjadi saat bulan Ramadhan khususnya seperti Tentang sirah nabawiyah saat bulan ramadhan dulu, saat awal mula adanya perintah berpuasa, zakat fitrah, shalat ied dan banyak lainnya.
  3. Melakukan banyak amal baik agar dapat menjadi contoh nyata yang dilihat anak. Lalu, menyisipkan nilai bahwa segala puji bagi Allah yang telah menyayangi kita dan memberi nikmat yang lebih. Lantas bisa bermanfaat dan membantu sesama di bulan yang penuh kemuliaan ini. Saat ide-ide menarik seperti ini dilakukan, anak-anak akan lebih mudah meniru dan mengingat apa yang mereka lihat dan dengar secara langsung, ketimbang misalnya ketika kita jelaskan panjang lebar mengenai konsep memberi.
  4. Membuat atau mengerjakan buku aktifitas keislaman seperti yang saya kumpulkan di Google Drive ini. Sebuah kotak yang sengaja saya buat untuk mengumpulkan printable-printable siap pakai. Ayah bunda, bisa mengaksesnya disini. Banyak sekali cara sederhana yang bisa dilakukan meskipun dengan terbatasnya kondisi saat ini. Ataupun jika tidak bisa mencetak sendiri, orangtua bisa menirukan ide dengan menggambarkannya di sebuah kertas atau media yang lain.
  5. Mempersiapkan hidangan untuk keluarga. Seperti yang kita tahu, saat bulan ramadhan seperti ini menyiapkan berbuka ataupun makan sahur adalah salah satu aktifitaa yang menyenangkan. Karena tidak bisa kita lakukan setiap hari selain saat berpuasa. Maka berkreasi bersama anak-anak sembari mengenalkan bentuk nikmat Allah ; makanan, sayuran, buah-buahan dan masih banyak lainnya.

Banyak sekali bukan, ide-ide sederhana untuk mengajarkan cinta Islam pada anak yang bisa diterapkan sehari-hari sambil menjelaskan tentang tauhid dan keesaan Allah. Karena untuk anak-anak, terlebih jika usianya masih dalam rentang 0-7 tahun, hendaknya alangkah lebih baik untuk ditumbuhkan rasa cintanya terlebih dahulu akan Allah, Rasul, Al Qur’an dan Islam. Supaya fitrah keimanan yang telah Allah install dalam diri mereka senantiasa terjaga dan tumbuh dengan baik.

Untuk itu, ayah bunda mau mulai coba ide yang mana?

Atau punya ide andalan keluarga? Wah sharing di kolom komentar yuk, supaya saling bisa menginspirasi orangtua diluar sana.

Ramadhan #6 : Pertanyaan

Apa gerangan yang masih membuatmu bertahan hingga saat ini?

Bertahan untuk tetap berada jalan yang sudah engkau pilih. Meski berulang kali kamu sudah mengatakan ingin menyerah saja. Atau memutuskan ingin menjadi pelupa kalau bisa.

Apa gerangan yang masih membuatmu bisa memaafkan?

Memaafkan hal-hal yang ternyata itu hanya racauanmu saja. Sebab sejatinya memang manusia tak ada yang sempurna. Pun dengan dirimu sendiri. Meski saat luka itu datang kembali, lagi-lagi kamu tetap mengatakan ingin berlari.

Jawabanmu hanya satu. Semua itu karena nikmat yang Allah beri padamu.

Atas aib-aib dirimu yang ditutupiNya. Atas orang-orang pilihanNya sebagai penolongmu. Atas ruang maafNya yang senantiasa terbuka untukmu. Atas kasih sayangNya berwujud hari-hari baru.

Atas semua itu, kamu memang harus selalu menyadari. Bahwa kembali berserah adalah pilihan paling tepat untuk berpasrah. Bukankah manusia memang makhluk yang lemah?

Ramadhan #5 : Fokus dan Rileks

Bismillahirrahmanirrahim..

Sudah masuk hari ke -5 ramadhan, alhamdulillah rabbil ‘aalamiin. Semoga semakin baik kualitas iman dan taqwa kita ya.

Dengan banyak aktivitas yang dilakukan #dirumahaja kita dituntut untuk pandai memanajemen emosi karena terbatasnya ruang kebebasan. Sebetulnya sangat perlu untuk mengakui bahwa ada kalanya diri kita sedang tidak baik-baik saja. Mengakui bahwa kita hanyalah manusia yang tidak sempurna. Untuk itu, perlu mengerti apa-apa yang bisa kita lakukan untuk meringankan rasa ketidak baikan tersebut. Entah dengan mengistirahatkan diri dan pikiran sejenak. Atau melakukan hal-hal kesukaan.

Kabar baiknya, akhir-akhir ini sedang mencoba membaca artikel-artikel Inggris tentang mindfulness. Dalam rangka mendalami dan memperbanyak khazanah pengetahuan tentang topik tersebut.

Teringat chat dengan seorang teman yang membahas tentang mindfulness. Ternyata, sesederhana menyapu halaman saja sangat bisa untuk dilakukan dengan fokus dan rileks. Sebetulnya, apa dan mengapa sih harus mindful?

Mindfulness adalah cara yang dipilih untuk melakukan rutinitas harian kita dengan fokus dan rileks. Dengan cara ini, kita bisa juga meminimalisir emosi dan tekanan yang muncul diakibatkan rutinitas tersebut. Misalnya rasa jenuh, bosan bahkan bisa meningkatkan kualitas tidur. Contoh menggelitik lainnya yang ketika saya sadari bisa kita lakukan dengan mindful adalah mandi. Kita pasti berfikir mandi adalah aktivitas yang yaa hanya membasuh badan, membubuhi sabun, menyiram air, sikat gigi begitulah kiranya tahapan-tahapan mandi. Namun, ketika kita sudah terbiasa untuk mindful dan membiasakan diri. Saat mandi kita bisa memaknai gemericik suara air seperti sebuah irama ketika kran dibuka, saat mengangkat gayung berisi air dimaknai bahwa sendi-otot tangan sedang bekerja, dan mengatur nafas saat air diguyurkan ke badan. Itu semua membuat kita mensyukuri bahwa sesederhana apapun rutinitas yang tengah kita jalani, akan bermakna syukur ketika kita menyadari dan fokus melakukannya.

Yah. Baru sebatas ini yang bisa ditulis tentang mindfulness. Semoga akan ada part 2, 3 dan selanjutnya yang bisa dibagi nanti 🤗🌻

Selamat menjalankan puasa, semoga harimu menyenangkan!

Ramadhan #4 : Semua Sedang Belajar

Bismillahirrahmanirrahiim…

Makan sahurku di hari ke-4 sedikit kebutan-kebutan dengan waktu 😆 pasalnya alarm yang pertama di skip. Kamu sendiri bagaimana? Semoga tidak sepertiku ya 😌 karena sungguh, rasanya menentukan bagaimana hari ini akan dijalani.

Kalau sejak pagi bangun tidur, melakukan aktivitas dengan mindfulness. Menghayati setiap apa yang dilakukan mulai dari menggerakkan sendi-sendi tubuh saat terbangun, merasakan kaki dan tangan digerakkan, mendengar lirih hati berdo’a, sampai beranjak dari tempat tidur. Pasti rasanya akan lebih bersyukur dan mudah memaknai bahwa hari baru telah tiba berarti diberi Allah satu kesempatan baru untuk dijadikan ladang pahala.

Pagi hari seperti biasa setelah rutinitas dilakukan, si kecil merengek untuk dibukakan pintu. Tanda ingin bermain diluar. Paham sekali jika memang rasanya dia-pun bosan jika terus menerus bermain dirumah. Melihat ini membuatku berfikir bahwa semua sedang dibimbing Allah untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Semuanya menjadi yang terdampak, tidak memandang apakah itu orang kaya, orang tidak berpunya, mau itu tua muda, dewasa ataupun anak-anak.

Sejatinya kita semua sedang dibimbing Allah untuk menjadi lebih sabar dari biasanya. Sabar akan kehendak yang sudah kita susun rapi, ternyata memang tak ada yang mampu mengalahkan kehendakNya. Kita sudah jauh-jauh hari mempersiapkan bayangan tentang hari lebaran. Mudik ke kampung halaman. Berjumpa dengan keluarga besar. Merayakan kemenangan. Nyatanya? Allah yang Maha Mengatur Segala.

Allah sedang membimbing kita menjadi lebih ikhlas. Dengan segala kondisi yang sedang dalam ketidak pastian ini. Bukankah yang paling ditakutkan oleh manusia memanglah sebuah ketidak pastian? Kita sedang diminta belajar untuk memaknai lebih dalam lagi bahwa dunia dan seisinya memanglah sebuah kefanaan, bukanlah sebuah kepastian dalam genggaman.

Juga bersyukur. Allah sedang membiasakan diri untuk bersyukur. Mensyukuri yang ada. Apa yang saat ini kita punya. Apa yang masih bisa kita lakukan. Seperti apa diri ini masih mampu berdaya dan mencahayakan.

Semuanya sedang belajar. Jika kita mau menelisik lebih dalam, betapa banyak kita dapati pemahaman bahwa dibalik semua ini, sejatinya semua sedang berjuang.

Untuk itu, yuk! Rayu Allah sesering mungkin, agar Allah selamatkan diri dari dunia dan akhiratnya. Allah siapkan kita menjadi manusia sebaik-baiknya hamba, setelah semua ini mereda.

Selamat berpuasa 🤗🌻