Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji milik Allah yang membantu prosesnya, yang mengetahui prosesnya tentu dengan sangat detil, jatuh dan bangunnya.
Semoga bisa diambil ibrah dan kebaikannya ya
Toilet training ini sejak awal sudah ambil slot di hati dan keyakinan saya sebagai pelajaran mandiri pertama Husna. Dibandingkan dengan proses sapih, yang hingga kini belum juga sepenuhnya yakin.
Saat itu di usianya yang 21 bulan dan kebetulan kami sedang pulang ke desa, dirumah ati dan ayyo-nya Husna (panggilan untuk mbahti & mbahoyo). Keyakinan saya makin bertambah-tambah karena jelas akan ada yang membantu keriwehan ini.
Di Ngawi sedang musim bediding begitu kalau bahasa disana. Pagi akan sangat dingin bisa sampai 19° siangnya bisa panas hingga 32°. Kondisi ini membuat Husna timbul alergi gatal di kedua telapak tangan & kaki. Satu-satunya cara untuk menghentikan garukan tangannya adalah dengan menutup seluruh tubuhnya termasuk memakaikan kaos kaki. Namun ternyata, setelah saya sadari di kemudian hari inilah justru awal mula masalah sensori itu muncul.
Kembali ke proses TT.
Hari pertama hingga berjalan dua minggu lamanya, saya masih rajin mencatat jadwal bak & bab. Sesuai dengan anjuran beberapa ibu-ibu yang sudah punya pengalamannya. Untuk mengamati dan cermat melihat apa-apa saja yang membuat Husna lebih cepat bak & bab daripada waktu perkiraan. Dua minggu pengamatan, betul memang durasi bak akan berjalan per 2 jam. Terlepas dari kuantitas minum air yang bertambah atau misalnya baru saja makan buah-buah yang mengandung banyak air.
2 minggu berjalan belum ada perubahan apapun, setiap 2 jam saya akan terbiasa mengganti celananya yang basah dan mengepel. Kalo dipikir-pikir masak iya bakal begini terus ğ kapan kelarnya.
Sampai tiga minggu lamanya, jurus memberi lebih sering peringatan harus terus digalakkan, mengingat di usianya ini memang begitulah cara menyikapinya. Ujar psikolog tempat saya bertanya tentang karakteristik anak usia 2 tahun.
“Husna kalo mau pipis bilang ya, nanti ke kamar mandi” atau “Husna, kalo pipis dimana? Di kamar mandi..”
Belum kunjung terlihat hasilnya 😀
Semakin sering diingatkan, semakin terasa tak nyaman. Ini yang saya rasakan ketika kami memutuskan untuk pulang ke Surabaya. Dua kali saya kelepasan emosi karena menunggunya tak kunjung bak hingga ia tantrum menjadi-jadi. Pasalnya, semenjak pulang ke Surabaya, setiap menyebut kata kamar mandi ia akan minta gendong dan saat masuk ke dalamnya ia enggan turun ke lantai. Lantas bagaimana bisa bak / bab?
Inilah yang seringkali membuat saya mudah tersulut emosi, mengingat najisnya yang bisa jadi tercecer di baju yang baru ganti atau tangan saya yang mulai tak kuat menahan beban badannya dalam gendongan sembari berjongkok.
Dua kali marah besar, sebanyak itu pula saya menyesal. Dan setelah reda kemarahan yang kedua kalinya itulah akhirnya saya bertanya pada seorang teman senior, beliau concern dalam sebuah topik sharing parenting yang menurut saya bisa memberi solusi untuk masalah ini. Sebut saja namanya mba N.
“Coba diingat-ingat, diteliti dan diamati kembali mba Apin apakah kira-kira stimulus sensorinya sudah tuntas?. Benahi emosi orangtuanya juga saat membersamai TT.”
Cukup dua kalimat ini yang membuat saya terfikirkan beberapa hari.
Akhirnya saya coba mencari berbagai referensi bacaan tentang sensori, mengingat dan mengamati apa saja yang sekiranya kurang terstimulasi dan menyiapkan permainan apa saja yang bisa saya berikan untuk menstimulasinya.
Ternyata, saat saya menceritakan bahwa sepertinya Husna enggan diajak ke kamar mandi karena sikapnya yang mudah merasa jijik dan tak suka air dingin.
Mba N lalu mengingatkan saya apakah Husna sering dipakaikan kaos kaki? Mungkin bisa jadi telapak kakinya kurang terstimulasi dengan rumput, batu, pasir, air dingin, spons atau apa saja yang bisa menjadikan ia mudah merasa jijik dan takut dingin.
Jedaarr.. Saya merasa seperti ohya. Saya tau sekarang. Setelah mendapat insight inilah saya mencoba mengenalkan beragam permainan yang selama ini jarang didapat oleh Husna. Karena abuknya yang males memfasilitasinya dengan beragam stimulasi #plak #keplakdirisendiri #janganditiruyagess
Sejujurnya memang untuk motorik-motorik halus ini sebetulnya saya sudah sering memberinya beragam permainan, namun seringkali itu-itu saja yang saya berikan. Ternyata, setelah saya mencari tau lebih banyaak lagi, lebih dalaam lagi masih banyak ide yang bisa dicoba.
Satu bulan kemudian………
Satu bulan terlewati, Husna masih belum menunjukkan tanda-tanda ingin bak ke kamar mandi. Masih saja terus diulang aktifitas mengompolnya setiap hari. Hingga di suatu pagi, ia mengatakan dengan tegas pada ayahnya “Na pipis” tanpa ragu dan detik itu juga ayahnya membawa ia pergi ke kamar mandi tanpa penolakan. Taraaa, benar juga. Akhirnya ia bak di kamar mandi. Setelah pagi hari yang cerah itulah kami rajin sekali menawarkan Husna untuk ke kamar mandi dengan senang hati. Pun ia kini sudah mengerti kapan harus menahan, kapan kira-kira sudah kebelet.
Hingga akhirnya…..
Kini, meski sudah 2 bulan lamanya. Husna memang masih mengompol di malam-malam hari. Walaupun tidak setiap hari, saya dan suami harus terus melegowokan hati. Karena setiap anak pasti akan melewati proses ini. Cepat atau lambat in syaaAllaah akan selesai dengan sendirinya. Semoga lebih banyak yang baik, yang Husna ingat nanti ketika dewasa.
Tentang proses ini……